Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menyatakan, kementeriannya sedang menyusun strategi strategis untuk menciptakan Biodiesel 40 (B40), campuran 40% biofuel dan 60% solar.
“Beberapa teknik sedang diterapkan untuk membuat biodiesel,” katanya dalam webinar yang dipantau di Jakarta, Selasa. “Misalnya, produksi green diesel dengan teknologi co-processing di Kilang Dumai Unit II Pertamina pada 2022,” katanya.
“Kami berharap dengan menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku bahan bakar, tempat-tempat proyek yang dikerjakan akan mandiri energi.”
Pada tahun 2022, perusahaan berencana untuk membangun dua kilang bio yang berdiri sendiri di Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah, dan Kecamatan Plaju, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.
Dengan hanya menggunakan minyak nabati sebagai bahan baku, kedua kilang tersebut akan menghasilkan green diesel dan green avturturbine fuel (avtur), katanya.
Selain itu, melalui Proyek Kelapa Sawit Rakyat yang akan melibatkan petani dan koperasi di Kabupaten Musi Banyuasin, kementerian akan mengembangkan bensin hijau berbasis kelapa sawit, tambahnya.
“Saat ini sedang dikembangkan pilot project, dan akan didemonstrasikan di Bandung, Jawa Barat.” “Kami berharap dengan menggunakan kelapa sawit sebagai bahan baku bahan bakar, masyarakat di mana proyek-proyek tersebut dilaksanakan akan mandiri energinya,” kata Menkeu.
Dia menyatakan, pemerintah telah mewajibkan penggunaan B30—bahan bakar hijau yang terdiri dari 30% biofuel dan 70% solar—untuk menghilangkan impor bahan bakar pada tahun 2027.
Melalui penggunaan biofuel yang dibutuhkan, Indonesia akan dapat menghemat uang asing sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani, menurut Tasrif.
Selain itu, Indonesia telah efektif menggunakan biofuel selama 15 tahun, sehingga menjadi pionir dalam penggunaan biodiesel dengan mix rate 30 persen, tambahnya.
Pada Oktober 2021, pemerintah berhasil menerbangkan CN 235-220 Flying Test Bed (FTB) antara Bandung dan Jakarta untuk pertama kalinya menggunakan bioavtur.
“Hasilnya kelihatannya cukup bagus, jadi kita lihat saja apakah bioavtur bisa ditingkatkan—kita lihat apakah bisa menjangkau pasar dunia atau tidak,” lanjut Tasrif.